Bayangkan hidup di zaman ketika menghormati istri dianggap aib. Ya, lima belas abad lalu, kalau kamu membukakan pintu untuk istrimu atau sekadar bilang, “Sayang, ini tehnya,” orang-orang akan memandangmu dengan tatapan sinis, “Laki kok gitu? Lemah!”
Tapi, Rasulullah Muhammad SAW datang membawa revolusi cinta yang tak cuma bikin hati bergetar, tapi juga bikin kita—para suami zaman now—malu setengah mati. Beliau berlutut, menjadikan lututnya pijakan agar istri bisa naik kuda. Coba bandingkan dengan kita yang kadang males bangun dari sofa buat ambilin remote TV.
Dalam Al-Qur’an, Surah An-Nisa ayat 19: “Pergaulilah mereka dengan cara yang terbaik.” Sederhana, tapi dalam. Aplikasinya, Rasulullah menawarkan resep cinta yang bikin geleng-geleng kepala: kelembutan, hormat, dan romansa—tanpa drama sinetron.
Rasulullah pernah memperhatikan Aisyah makan dengan tatapan fokus. Begitu Aisyah menggigit daging dan meletakkannya, beliau cepat mengambil, memutar daging itu, dan menggigit tepat di bekas gigitan Aisyah—sambil tetap melirik penuh cinta. Aisyah tersipu, dan beliau memanggilnya “Humaira”—si pipi merona.
Ya Tuhan, ini romansa level tertinggi!
Saya coba bayangkan kalau saya lakukan ke istri: “Sayang, ini bekas gigitanmu aku gigit ya…” Mungkin jawabannya, “Udah, cepet makan, cucian piring numpuk!”
Realitas memang tak seindah khayalan.
Rasulullah sibuk memimpin umat, tapi tak pernah lupa keluarga. Beliau berlomba lari dengan Aisyah—dan kalah! Bayangkan, Nabi yang mulia itu tertawa sambil bilang, “Kamu cepet ya!”
Saya coba ajak istri lari bareng, dua menit kemudian dia bilang, “Udah, capek, mending pergi makan jalangkote.”
Adduh, ternyata lari bareng Rasulullah dan Aisyah itu level romansa yang tak bisa saya gapai dengan sepatu olahraga diskonan.
Beliau juga bantu pekerjaan rumah: cuci baju sendiri, perah susu kambing, dan melayani dirinya sendiri. Saya coba ikutan, tapi baru pegang panci, istri bilang, “Udah, biar aku, nanti masakannya hangus.” Ternyata kelembutan Rasulullah itu bukan cuma soal sikap, tapi juga skill.
Saya masih harus banyak belajar.
Sebelum wafat, Rasulullah berpesan dua hal: jaga salat dan perlakukan istri dengan baik. Saya termenung. Kita sibuk ngomongin karier, politik, atau bola, tapi lupa bahwa di rumah ada hati yang menanti kelembutan.
Cinta Rasulullah itu nyata, bukan cuma kata-kata manis di status WA.
Jadi, para suami, mari kita coba. Bukain pintu buat istri, puji dia di depan temen, atau sekadar bilang, “Kamu cantik banget hari ini.”
Kalau Rasulullah bisa, dan kita cuma bisa bilang, “Udah, cepet masak, laper nih”?
Ayo, mulai dari sekarang—demi cinta, dunia, dan akhirat. “Perlakukan mereka dengan baik.”
Jika tidak, siap-siap tidur depan TV, makan di warung dan dapat “ceramah” harian 24 SKS.
Parepare, 20 Maret 2025
Muhammad Haramain
Aisyah