Skip ke Konten

Kepemimpinan Profetik di Era Digital: Membangun Kampus Inklusif, Inovatif, dan Moderat

oleh Tasrif, S.E., M.M.
26 Maret 2025 oleh
Kepemimpinan Profetik di Era Digital: Membangun Kampus Inklusif, Inovatif, dan Moderat
Admin
| Belum ada komentar

Dalam dunia pendidikan tinggi Islam, pemimpin bukan sekadar administrator, tetapi juga figur teladan yang mampu menginspirasi civitas academica. Di era disrupsi digital yang penuh tantangan, bagaimana kepemimpinan profetik mampu membentuk lingkungan akademik yang inklusif, inovatif, dan moderat?

Dalam pesantren, seorang kiai bukan hanya mengajar. Ia membimbing, mendoakan, dan menjadi panutan bagi santri-santrinya. Sosoknya tidak sekadar menyampaikan ilmu, tetapi juga menanamkan nilai-nilai kehidupan. Prinsip ini juga dapat diterapkan dalam dunia perguruan tinggi. Seorang rektor tidak hanya pemimpin administratif, tetapi juga figur yang mengayomi, mengarahkan, dan memberikan keteladanan bagi mahasiswa serta seluruh sivitas akademika.

Di IAIN Parepare, kepemimpinan seperti ini tampak nyata dalam sosok Anregurutta Prof. Kiai Hannani, M.Ag. Beliau tidak hanya seorang akademisi, tetapi juga seorang ulama yang keilmuannya diakui luas. Bagi banyak mahasiswa, beliau bukan hanya seorang rektor, tetapi juga guru, pembimbing, dan panutan. Kepemimpinannya membawa IAIN Parepare berkembang pesat, tidak hanya dalam aspek akademik, tetapi juga dalam meneguhkan nilai-nilai Islam yang moderat.

Kepemimpinan Prof. Kiai Hannani berlandaskan pada nilai-nilai moderasi, keilmuan, dan spiritualitas yang seimbang. Beliau menegaskan bahwa integrasi antara ilmu dan agama bukan sekadar wacana, melainkan praktik nyata yang diterapkan dalam lingkungan akademik. Dengan mengedepankan keteladanan moral, visi akademik yang progresif, dan komitmen terhadap moderasi beragama, beliau telah menjadikan kampus ini sebagai pusat keilmuan yang dinamis.

IAIN Parepare terus bergerak maju dengan semangat moderat, inovatif, dan unggul. Kampus ini tidak hanya menjadi tempat belajar, tetapi juga ruang bagi mahasiswa untuk berkembang, berpikir kreatif, dan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai Islam. Ilmu dan akhlak berjalan beriringan, menciptakan lingkungan yang akademis sekaligus penuh kebijaksanaan dan kedamaian.

Dampak dari pendekatan kepemimpinan ini terlihat jelas dalam iklim akademik yang semakin kondusif bagi dialog interkultural, kebebasan akademik yang bertanggung jawab, serta kolaborasi ilmiah lintas disiplin. Dalam berbagai kesempatan, Prof. Kiai Hannani menegaskan bahwa perguruan tinggi Islam harus menjadi ruang inklusif yang merangkul keberagaman tanpa kehilangan identitasnya.

Lebih dari itu, kampus ini juga menjadi pusat akulturasi budaya dan Islam. Mahasiswa dari berbagai latar belakang membawa tradisi dan perspektif yang berbeda. Namun, di sinilah mereka belajar untuk menghargai perbedaan, merajut keberagaman, dan menemukan cara untuk mengharmoniskan budaya dan nilai-nilai keislaman dalam kehidupan sehari-hari.

Meski terbukti efektif, kepemimpinan berbasis nilai profetik juga menghadapi sejumlah tantangan. Beberapa kalangan berpandangan bahwa pendekatan ini terlalu menekankan aspek spiritual dan kurang mengakomodasi perkembangan ilmu pengetahuan yang lebih modern dan sekuler. Namun, berbagai riset menunjukkan bahwa institusi yang mengedepankan pendidikan berbasis karakter dan nilai spiritual justru memiliki keunggulan dalam membentuk lulusan yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga matang secara sosial dan emosional.

Tren global menunjukkan bahwa universitas-universitas terkemuka mulai mengadopsi model "leadership by example", di mana pemimpin akademik tidak hanya bertindak sebagai administrator, tetapi juga sebagai inspirator dan teladan bagi mahasiswa serta tenaga pendidik. Beberapa perguruan tinggi di Finlandia dan Amerika Serikat telah menerapkan pendekatan berbasis nilai dalam sistem kepemimpinan akademik mereka. Hal serupa juga diterapkan di IAIN Parepare melalui kepemimpinan Prof. Kiai Hannani, menjadikan kampus ini sebagai contoh bahwa institusi Islam mampu beradaptasi dengan tantangan global tanpa kehilangan identitasnya.

Kepemimpinan Prof. Kiai Hannani di IAIN Parepare membuktikan bahwa kepemimpinan profetik adalah strategi efektif dalam membangun institusi pendidikan tinggi Islam yang adaptif, inklusif, dan berdaya saing. Dengan mengintegrasikan keilmuan dan nilai-nilai moderasi, kampus ini menjadi bukti nyata bahwa pendidikan Islam dapat berkembang tanpa meninggalkan akar tradisinya.

Di tengah dunia yang terus berubah, memiliki pemimpin seperti ini adalah sebuah anugerah. Mahasiswa tidak hanya dididik untuk menjadi cerdas secara akademik, tetapi juga menjadi pribadi yang matang secara spiritual dan sosial. Inilah wajah pendidikan Islam yang sesungguhnya—menginspirasi, memberdayakan, dan membawa keberkahan bagi semua.

Sebagai bagian dari komunitas akademik, kita memiliki tanggung jawab untuk terus mendukung model kepemimpinan yang menginspirasi, membangun karakter, dan mendorong inovasi. Dengan demikian, kampus bukan hanya menjadi tempat menuntut ilmu, tetapi juga ruang untuk membentuk pemimpin masa depan yang cerdas, moderat, dan berintegritas.

Biodata Penulis

Tasrif, S.E., M.M. adalah seorang akademisi di IAIN Parepare dengan keahlian di bidang Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM). Saat ini, beliau juga menjabat sebagai JFT Humas, berperan dalam komunikasi dan hubungan masyarakat di institusi akademik.

di dalam Sudut Pandang
Kepemimpinan Profetik di Era Digital: Membangun Kampus Inklusif, Inovatif, dan Moderat
Admin 26 Maret 2025
Share post ini
Label
Arsip
Masuk untuk meninggalkan komentar