"Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya, dan aku adalah yang terbaik kepada keluargaku."
— HR. Tirmidzi
Di tengah dunia yang semakin bergerak cepat dan kompetitif, menjadi ibu rumah tangga masih kerap dipandang sebelah mata. Tidak jarang, label ini disandingkan dengan anggapan ‘kurang produktif’, terutama jika disematkan pada perempuan berpendidikan tinggi. Padahal, gelar ibu rumah tangga bukanlah akhir dari potensi diri, melainkan titik tolak untuk menunjukkan bahwa perempuan bisa tetap berdaya dari balik pintu rumahnya.
Peran ibu rumah tangga jauh melampaui rutinitas dapur, cucian, dan setrikaan. Mereka adalah manajer keluarga, guru pertama anak-anak, sekaligus penjaga keharmonisan rumah tangga. Ibu rumah tangga yang berdaya adalah mereka yang mampu menggali potensi, mengembangkan keterampilan, dan berkontribusi secara nyatabai, k dalam keluarga maupun masyarakat.
Sayangnya, rasa ‘berdaya’ ini belum sepenuhnya dirasakan para ibu. Survei Orami tahun 2021 menunjukkan bahwa 40% ibu rumah tangga belum merasa berdaya. Alasan utamanya beragam: tekanan finansial, rendahnya kepercayaan diri, manajemen waktu yang sulit, keterbatasan ruang sosial, hingga potensi diri yang belum tergali. Artinya, masih ada pekerjaan rumah besar bagi kita semua untuk membongkar mitos usang bahwa perempuan hanya pelengkap dalam keluarga.
Zakiyah (2010) menyebut bahwa pemberdayaan perempuan bisa dimulai dari memberikan akses pendidikan seluas mungkin, pelatihan keterampilan, hingga meruntuhkan narasi lama tentang peran domestik yang kaku. Saat perempuan punya pilihan, maka mereka punya kekuatan untuk tumbuh.
Lantas, seperti apa sosok ibu rumah tangga yang berdaya?
Pertama, mereka adalah manajer keuangan keluarga yang bijak. Mereka cakap mengatur pengeluaran harian, menabung, dan menyusun strategi ekonomi rumah tangga. Dalam konteks yang lebih luas, kontribusi perempuan dalam ekonomi nasional pun tak bisa diabaikan. Sekitar 64% pelaku UMKM di Indonesia adalah perempuan. Dari total 64,2 juta UMKM, sektor ini menyumbang lebih dari 61% terhadap PDB nasional, dan mayoritas digerakkan dari rumah.
Kedua, ibu rumah tangga yang berdaya mampu mengelola waktu dengan efisien. Mereka menyeimbangkan peran sebagai ibu, istri, sekaligus individu yang terus bertumbuh. Pekerjaan domestik bukan hambatan, melainkan medan latihan pengelolaan waktu yang sesungguhnya.
Ketiga, mereka tak ragu mengeksplorasi potensi diri. Ada yang memilih memasak sebagai jalur bisnis, ada pula yang menjadi penulis, penjahit, penjual daring, kreator konten, hingga desainer grafis. Laporan Influencer Marketing Collabstr tahun 2023 mencatat bahwa 77% influencer yang secara aktif memonetisasi kontennya adalah perempuan, banyak di antaranya ibu rumah tangga yang berkarya dari rumah.
Keempat, ibu berdaya tak berjalan sendiri. Mereka membangun relasi dan komunitas, saling mendukung, berbagi semangat, dan menjaga kewarasan bersama. Komunitas menjadi ruang belajar sekaligus pelipur rasa.
Tak kalah pentingnya, ibu rumah tangga berdaya adalah role model sejati dalam mendidik anak. American Psychological Association menyebut, keterlibatan ibu dalam kehidupan anak berpengaruh besar terhadap kepercayaan diri, prestasi, dan perkembangan sosial-emosional mereka. Ibu yang hadir secara emosional dan mental, membentuk anak-anak yang lebih siap menjadi generasi masa depan.
Kini, tugas ibu rumah tangga bukan lagi urusan ‘dapur, sumur, kasur’ semata. Mereka bisa menjadi wirausaha, pembelajar sepanjang hayat, bahkan penggerak perubahan sosial, meski dari ruang tamu atau dapur rumahnya sendiri.
Sudah saatnya kita berhenti menyepelekan peran ibu rumah tangga. Sebaliknya, mari kita beri mereka ruang untuk tumbuh, peluang untuk berkarya, dan dukungan yang tulus tanpa syarat. Sebab ketika seorang ibu merasa berdaya, ia tidak hanya menguatkan dirinya, ia sedang menanam harapan dalam keluarganya, membentuk karakter anak-anaknya, dan ikut membangun peradaban. Dari rumah yang penuh cinta dan keberdayaan, lahirlah generasi yang lebih tangguh, beradab, dan siap menghadapi masa depan.
Biodata Penulis
Nurmawaddah AR tertarik menulis sejak 2012 dan karyanya telah diterbitkan dalam 25 buku antologi di antaranya "My Minimalist Life Journey" (Ellunar, 2025). Saat ini, selain menjadi kader FLP Parepare, penulis aktif di organisasi keperempuanan pada Departemen Pustaka, Informasi & Teknologi Digital Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah Kota Parepare. Instagram @nurmawaddah29
Ibu Rumah Tangga Berdaya, Bukan Sekadar di Dapur