Skip ke Konten

Trilogi Cinta Kementerian Agama: Membangun Generasi Cerdas dan Berakhlak

St. Fauziah, S.S., M.Hum. (Dosen Prodi Bahasa dan Sastra Arab IAIN Parepare)
3 Oktober 2025 oleh
Trilogi Cinta Kementerian Agama: Membangun Generasi Cerdas dan Berakhlak
Admin
| Belum ada komentar

Studium Generale bertema “Merawat Indonesia dengan Cinta: Urgensi Kurikulum dalam Pendidikan Islam Kontemporer” yang disampaikan oleh Prof. Dr. Phil. Sahiron Syamsuddin, M.A., menggambarkan visi besar Kementerian Agama Republik Indonesia dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045. Visi tersebut tidak hanya ditopang oleh gagasan Moderasi Beragama yang telah diperkenalkan sebelumnya, tetapi juga dilengkapi dengan dua aspek mendasar lain: Kurikulum Cinta dan Ekoteologi. Tiga aspek inilah yang kemudian saya sebut sebagai Trilogi Cinta Kementerian Agama.

Urgensi kurikulum dalam pendidikan Islam kontemporer terletak pada relevansinya dengan realitas sosial. Kurikulum bukan sekadar dokumen akademik, melainkan arah yang menentukan kualitas generasi bangsa. Pendidikan Islam tidak boleh terjebak pada aspek ritual semata, tetapi harus mampu melahirkan generasi yang berpengetahuan luas, menguasai teknologi, sekaligus berakhlak mulia. Dengan kata lain, Trilogi Cinta menjadi fondasi penting dalam membangun generasi cerdas secara intelektual dan kuat secara spiritual.

Kunci sukses menuju Indonesia Emas 2045 adalah menyiapkan peserta didik yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi sekaligus berakhlak mulia. Pendidikan yang hanya menekankan kecerdasan intelektual tanpa dibarengi moral akan melahirkan generasi rapuh dalam nilai. Sebaliknya, pendidikan yang hanya menekankan ritual tanpa memperkuat iptek akan tertinggal dalam percaturan global. Oleh karena itu, keseimbangan antara iptek, akhlak, dan agama merupakan fondasi utama dalam kurikulum pendidikan Islam kontemporer.

Sebagaimana dalam Islam terdapat Trilogi Risalah – Islam, Iman, dan Ihsan – yang menyempurnakan keberagamaan, maka dalam konteks pendidikan Islam, Trilogi Cinta hadir sebagai fondasi pembentukan generasi yang beriman, berakhlak, dan berdaya guna. Inti dari Kurikulum Cinta adalah mahabbatullah — cinta kepada Allah. Pantulannya terlihat dalam keimanan, ketaatan, keikhlasan menerima takdir, lisan yang berdzikir, serta kepedulian terhadap sesama makhluk.

Kementerian Agama menerjemahkan nilai-nilai tersebut ke dalam tiga ranah nyata:

  1. Kurikulum Cinta – akhlak kepada Tuhan. Pendidikan diarahkan agar religiusitas tidak berhenti pada ritual, tetapi memancar dalam sikap hidup yang penuh kasih sayang dan tanggung jawab moral.
  2. Ekoteologi – cinta kepada alam. Implementasinya dapat dilakukan melalui program penghijauan, gerakan peduli sampah, atau integrasi kesadaran lingkungan dalam mata pelajaran. Merawat bumi menjadi bagian dari ibadah, karena kerusakan lingkungan adalah pengkhianatan terhadap amanah Allah.
  3. Moderasi Beragama – cinta kepada sesama manusia. Pendidikan diarahkan agar peserta didik mampu menghargai perbedaan agama, budaya, dan suku. Contoh aplikatifnya adalah dialog antariman, pembelajaran toleransi di madrasah, serta pembiasaan sikap inklusif dalam keseharian.

Pada akhirnya, Trilogi Cinta berorientasi pada pembentukan Insan Kamil — manusia paripurna yang teguh imannya, mulia akhlaknya, dan cerdas menghadapi tantangan zaman. Pendidikan Islam tidak cukup hanya melahirkan generasi yang pandai secara intelektual, tetapi juga generasi yang mampu menebarkan cinta kasih, menjaga harmoni kehidupan, dan merawat bumi sebagai amanah Tuhan. Dengan demikian, Trilogi Cinta Kementerian Agama menjadi strategi penting untuk membangun generasi cerdas dan berakhlak menuju Indonesia Emas 2045.

Trilogi Cinta Kementerian Agama: Membangun Generasi Cerdas dan Berakhlak
Admin 3 Oktober 2025
Share post ini
Arsip
Masuk untuk meninggalkan komentar