Skip ke Konten

Berbagi "Baku Maulid" Itu Membahagiakan

Muhammad Haramain (LPPM IAIN Parepare)
12 September 2025 oleh
Berbagi "Baku Maulid" Itu Membahagiakan
Suhartina
| Belum ada komentar

Bulan Maulid tiba.

Di kampung-kampung Bugis dan Makassar, suasananya meriah. Bukan hanya doa dan selawat, tetapi juga tradisi baku maulid.

Saya, orang Sasak-Lombok, pertama kali mengikuti baku maulid tradisi Bugis-Makassar ketika baru melanjutkan studi S-2 di Makassar pada tahun 2007. Masjid dan musala penuh jemaah. Makanan tersaji berlapis-lapis, bersama burra dari pohon pisang yang dihias, ditancapi bambu, dan telur warna-warni. Seusai acara, panitia membawa banyak baku (bingkisan dari ember atau wadah lain) berisi ketan, lauk, dan kue. Lalu ditukar dengan baku milik tetangga. Semua mendapat. Semua merasa senang.

Kalau dipikir-pikir, baku maulid itu sebenarnya mirip riset Dunn dkk. yang sudah lama dipraktikkan orang Sulawesi Selatan. Pada tahun 2008, peneliti dari Kanada itu menulis di Journal Science: uang yang dipakai untuk orang lain membuat kita lebih bahagia dibandingkan uang yang dipakai untuk diri sendiri.

Di Sulsel, tanpa perlu membaca jurnal, orang sudah tahu: berbagi makanan di bulan Maulid membuat hati lebih lapang. Jemaah bahagia karena bisa berbagi. Tamu bahagia karena merasa dihargai. Tetangga bahagia karena mendapat giliran. Anak-anak paling bahagia karena bisa menyantap banyak kue manis lebih banyak daripada biasanya.

Semuanya saling memberi. Saling menerima. Kebahagiaan itu pun menyebar.

Tradisi ini mungkin terlihat sederhana, hanya tukar-menukar baku. Namun, dampaknya luar biasa: ada rasa kebersamaan, rasa cukup, dan rasa syukur.

Sekarang kita hidup di zaman belanja daring. Klik-klik-klik, barang pun datang. Bahagia? Ya, tetapi hanya sebentar. Tidak sama dengan bahagia setelah memberi.

Baku maulid mengajarkan: kebahagiaan bertahan lebih lama bila lahir dari berbagi, bukan dari membeli.

Nabi sudah lama bersabda: harta tidak akan berkurang karena sedekah. Sains baru mengakuinya seribu empat ratus tahun kemudian.

Mungkin inilah yang membuat wajah orang-orang Sulsel tampak cerah setiap Maulid. Mereka tahu rahasia sederhana itu: bahagia bukan dari apa yang disimpan, melainkan dari apa yang dibagikan.

Parepare, 12 September 2025

Berbagi "Baku Maulid" Itu Membahagiakan
Suhartina 12 September 2025
Share post ini
Arsip
Masuk untuk meninggalkan komentar