Skip ke Konten

Mempersiapkan Umat Masa Depan: Membaca Arahan Menteri Agama RI di Rakernas Kemenag RI

14 Desember 2025 oleh
Mempersiapkan Umat Masa Depan: Membaca Arahan Menteri Agama RI di Rakernas Kemenag RI
Prof. Dr. Hannani, M.Ag.
| Belum ada komentar

Di tengah pusaran disrupsi teknologi dan sosial yang kian tak terbendung, masyarakat kerap dihadapkan pada pertanyaan fundamental: bagaimana kita tetap relevan, berintegritas, dan berkontribusi di masa depan? Terutama bagi komunitas agama, tantangan ini bukan sekadar adaptasi, melainkan sebuah panggilan untuk mendefinisikan ulang makna keberadaan.


Dalam pidato arahan Menteri Agama RI di Rakernas Kemenag RI, 15 Desember 2025 terungkap sebuah refleksi mendalam mengenai peta jalan "Mempersiapkan Umat Masa Depan" yang digagas oleh Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar.





Membaca Arah Perubahan: Lingkungan Pacu dan Orientasi Kontekstual


Menteri Agama menekankan pentingnya membaca "Lingkungan Pacu", yakni dinamika eksternal dan internal dari ranah internasional hingga lokal yang membentuk karakter umat masa depan. Bagi IAIN Parepare, lingkungan ini menjadi medan pembuktian kualitas.


Institusi dihadapkan pada pilihan krusial: bertahan dengan pola "Dogmatis" yang cenderung kaku, berorientasi masa lampau, dan tekstual; atau bergeser menuju pola "Kontekstual" yang membebaskan, dinamis, berorientasi masa depan, serta rasional. Akreditasi Unggul mendorong IAIN Parepare untuk memilih jalur kedua. Kampus tidak boleh hanya berkutat pada teks-teks klasik, tetapi harus mampu mengartikulasikannya di era Metaverse dan Artificial Intelligence. Mahasiswa perlu dibekali kemampuan mengubah pola pikir dari sekadar berorientasi teks menjadi berorientasi konteks agar tidak tergilas oleh perubahan zaman.


Kurikulum Cinta: Redefinisi 'Umat' dan Fondasi Pendidikan


Gagasan inti yang menyentuh dari Menteri Agama adalah redefinisi kata "Umat". Kata ini berakar dari Bahasa Ibrani, "alif-mem" atau "amen", yang berarti cinta sejati tanpa syarat (unconditional love). Kemudian diserap ke Bahasa Arab menjadi "Ummi" (ibu yang memiliki cinta kasih sejati). Dari akar kata yang sama lahir konsep "imamah" (kepemimpinan ideal), "imam" (pemimpin berwibawa), dan "ma’mum" (rakyat yang santun).


Intinya, "Umat" adalah komunitas yang diikat oleh kasih sayang sejati, memiliki visi ke depan, dipimpin oleh figur berwibawa, dan didukung masyarakat santun. Refleksi ini menggugah kesadaran: apakah pendidikan yang selama ini diberikan sudah berbasis cinta kasih, atau masih terjebak pada formalisme angka dan transaksional?


Di IAIN Parepare, gagasan ini harus diterjemahkan ke dalam "Kurikulum Cinta" dan pendekatan Eko-teologi. Mahasiswa dididik bahwa menjadi religius berarti memiliki kapasitas intelektual tinggi dengan hati seluas samudra, seperti seorang ibu yang mencintai tanpa syarat. Kurikulum harus mengintegrasikan dimensi Logos (konsep), Ethos (perilaku), dan Myth (keyakinan dasar) untuk membentuk perilaku masyarakat. Tanpa landasan cinta (mahabbah), ilmu pengetahuan hanya akan melahirkan keangkuhan, dan agama sekadar menjadi alat legitimasi politik.


Menavigasi Guncangan Berganda di Era Disrupsi


Dunia kini menghadapi "Multiple-Shocks" atau guncangan berganda, arus globalisasi yang datang terlalu cepat melampaui daya dukung umat. Penulis mengidentifikasi lima guncangan utama yang harus diantisipasi, dengan IAIN Parepare memegang peran strategis.


Pertama, Guncangan Teologis: Terjadi pergeseran dari orientasi fikih ke spiritualitas, dari sekadar religiusitas formal ke pola pikir religius yang lebih mendalam. Mahasiswa IAIN Parepare wajib menjembatani ini. Kampus tidak boleh membiarkan masyarakat bingung antara memegang teguh syariat dengan kebutuhan spiritualitas modern. Kajian keislaman di kampus harus menjawab dahaga spiritualitas kaum urban tanpa meninggalkan akar tradisi.


Kedua, Guncangan Budaya:  Pergeseran norma keluarga, menipisnya budaya malu, dan munculnya budaya "membuang" mewarnai lanskap sosial. IAIN Parepare, yang berdiri di tanah Sulawesi kaya kearifan lokal, harus menjadi benteng pelestari nilai luhur. Pelestarian ini tidak berarti menutup diri, melainkan mengakomodasi budaya lokal secara adaptif.


Ketiga, Guncangan Ilmiah & Teknologi: Perubahan dari tenaga otot ke tenaga atom, dari telegram ke Metaverse, dan dominasi kecerdasan buatan (AI) menjadi tantangan nyata bagi lulusan. Akreditasi Unggul IAIN Parepare berarti kampus harus bersahabat dengan teknologi. Dakwah tidak lagi cukup di mimbar masjid, tetapi harus merambah algoritma media sosial. Mahasiswa harus menguasai teknologi informasi agar narasi keagamaan moderat membanjiri ruang digital.


Dan keempat, Guncangan Politik & Ekonomi: Pergeseran dari elit bangsawan ke birokrasi, serta perubahan pasar dari tradisional ke e-commerce. Mahasiswa perlu dipersiapkan menjadi pemain dalam ekonomi digital, bukan sekadar penonton. Kampus harus mencetak sarjana mandiri secara ekonomi agar agama tidak semata-mata menjadi alat mencari nafkah atau legitimasi politik.


Memulihkan Kepercayaan Publik dan Independensi Agama


Menteri Agama melontarkan kritik tajam mengenai "Krisis Kepercayaan" yang melanda agama. Agama dianggap tidak lagi mencerahkan, terlalu kuat sebagai alat politik, dan dipimpin oleh figur yang kurang legitimate. Nilai-nilai agama pun semakin berjarak dari pemeluknya.


Peran IAIN Parepare sangat vital dalam memulihkan kepercayaan ini. Caranya dengan menjaga Independensi Agama. Agama harus menjalankan fungsi kritik, tidak menjadi subordinasi pemerintah. Kampus harus menjadi "jembatan" antara negara dan masyarakat sipil.


Dampak kebermanfaatan bagi masyarakat luas sangat tergantung pada independensi ini. Masyarakat mendambakan figur ulama dan cendekiawan yang legitimate, yang kata-katanya bisa dipegang, ilmunya mendalam, dan moralnya terjaga. Alumni IAIN Parepare harus mengisi kekosongan ini. Kampus mendidik mahasiswa memiliki kepercayaan diri sebagai umat beragama, tidak minder atau inferior. Dengan kualitas Unggul, mereka harus tampil percaya diri menawarkan solusi atas berbagai masalah bangsa, dari tingginya angka perceraian hingga kriminalitas.


Kompetensi Global: Menjawab Tantangan ASEAN


Di tingkat regional Asia Tenggara, tantangan utama adalah tumpulnya daya saing tenaga kerja Indonesia dibandingkan negara tetangga. Walaupun ada kekhawatiran negara tetangga terhadap kebesaran bangsa, Indonesia masih bergulat dengan masalah pengangguran.


IAIN Parepare perlu merespons ini dengan konkret. Kualitas "Unggul" harus diterjemahkan ke dalam kompetensi lulusan yang siap bersaing di pasar kerja ASEAN. Stabilitas politik yang kondusif dan semangat keagamaan yang merata menjadi modal. Potensi lokal dan nilai-nilai syariah adalah aset. Tugas kampus adalah mengemas "produk" lokal ini (pemikiran Islam, produk halal, maupun ekonomi syariah) agar memenuhi standar global.


Kampus sebagai Penjernih: Menutup Jurang Antara Teks dan Konteks


Salah satu masalah konseptual terbesar umat adalah pertanyaan mendasar yang sering terabaikan: Siapa yang berhak mendefinisikan agama? Apa kriteria aliran sesat? Bagaimana hubungan agama dan negara?


Di ruang-ruang kuliah IAIN Parepare, pertanyaan-pertanyaan ini harus dibedah secara kritis namun bijak. Kampus tidak boleh membiarkan narasi keagamaan didominasi kelompok yang gemar mengafirkan (takfiri) atau mempertentangkan loyalitas agama dan negara. Mahasiswa perlu memahami bagaimana hukum tata negara menjembatani otoritas hukum agama (syariah) dan hukum nasional.


Dengan demikian, kebermanfaatan kampus bagi masyarakat terwujud sebagai "rumah penjernih". Saat masyarakat bingung dengan hoaks keagamaan atau provokasi politik identitas, IAIN Parepare harus hadir memberikan pencerahan yang menyejukkan, berbasis riset, dan berlandaskan kasih sayang.


Predikat "Unggul" yang disandang IAIN Parepare bukan sekadar plakat di dinding rektorat. Ia adalah janji kepada masyarakat bahwa dari rahim kampus ini, akan lahir "Umat Masa Depan". Umat yang diikat oleh cinta, dipimpin oleh hikmah, dan siap menjadi rahmat bagi semesta alam. Institusi pendidikan tinggi keagamaan memiliki mandat untuk terus berinovasi, memastikan setiap langkah akademisnya selaras dengan kebutuhan zaman dan kemanusiaan.

Jakarta, 15 Desember 2025

Prof. Dr. Hannani, M.Ag.

Rektor IAIN Parepare

Mempersiapkan Umat Masa Depan: Membaca Arahan Menteri Agama RI di Rakernas Kemenag RI
Prof. Dr. Hannani, M.Ag. 14 Desember 2025
Share post ini
Label
Arsip
Masuk untuk meninggalkan komentar