Skip ke Konten

Banyak Latihan

"Menjadi pemimpin itu butuh banyak latihan," begitu ujar Prof. Hannani suatu hari, dengan nada ringan namun penuh makna. Ucapan itu bukan sekadar nasihat, tapi cerminan dari perjalanan panjangnya—sebuah proses yang tak berhenti belajar, tak pernah berhenti tumbuh, dan selalu diiringi dengan kerendahan hati yang dalam.
29 Maret 2025 oleh
Banyak Latihan
Admin
| Belum ada komentar


Catatan Rektor #30

Di tengah hiruk pikuk dunia akademik yang sering kali terasa kaku dan formal, kehadiran Prof. Hannani sebagai Rektor membawa nuansa yang berbeda. Ia bukan sekadar pemimpin institusi, tapi seorang sahabat, panutan, sekaligus pendengar yang tulus bagi siapa pun yang berada di sekelilingnya. Sosoknya begitu bersahaja, namun kehadirannya selalu menghangatkan.

Satu hal yang paling membekas dari Prof. Hannani adalah kemampuannya untuk akrab dengan siapa saja. Tanpa pandang jabatan, latar belakang, atau usia, beliau selalu hadir dengan sikap terbuka dan hati yang lapang. Bagi beliau, semua orang istimewa. Tidak ada yang terlalu kecil untuk didengar, tidak ada yang terlalu jauh untuk didekati. Mulai dari dosen, staf, mahasiswa, hingga penjaga kebersihan kampus—semuanya merasa memiliki tempat yang sama di hati beliau.

Dalam keseharian, Prof. Hannani dikenal sebagai pribadi yang sangat open-minded. Ia tak sungkan mendengarkan berbagai pandangan, bahkan dari orang-orang yang jauh lebih muda darinya. Ia tidak cepat menghakimi, melainkan mencoba memahami. Diskusi bersamanya bukan ajang menggurui, melainkan ruang belajar bersama. Itulah sebabnya, banyak yang merasa nyaman berdiskusi, bahkan curhat, kepada beliau. Karena di hadapan Prof. Hannani, tidak ada tembok pemisah. Hanya ada jembatan kepercayaan.

Kerap kali, di sela-sela kesibukan atau dalam forum resmi sekalipun, beliau menyelipkan humor-humor ringan—sering kali tentang dirinya sendiri. Dengan jenaka, beliau menertawakan kekonyolan masa muda, kisah-kisah lucu saat menjadi mahasiswa, atau kebiasaan-kebiasaan uniknya sehari-hari. Bukan untuk mencari perhatian, melainkan untuk mencairkan suasana. Untuk membuat orang tertawa, merasa rileks, merasa diterima. Karena bagi Prof. Hannani, kebahagiaan orang lain adalah bagian dari tanggung jawab seorang pemimpin.

Namun di balik sosok yang hangat dan terbuka itu, ada dedikasi luar biasa. Komitmen beliau terhadap tanggung jawabnya sering membuatnya melupakan waktu untuk diri sendiri. Ia rela mengorbankan waktu istirahat, bahkan waktu bersama keluarga, demi memastikan bahwa semua berjalan dengan baik. Meski demikian, satu hal yang tetap ia jaga adalah prioritas untuk keluarga. Ia tahu, seberat apa pun tugas kepemimpinan, keluarga adalah tempat kembali yang paling hakiki. Di sanalah ia belajar banyak hal tentang cinta, kesabaran, dan pengorbanan—nilai-nilai yang ia bawa dalam kepemimpinannya.

"Menjadi pemimpin itu butuh banyak latihan," ucap beliau suatu hari. Bukan hanya latihan administratif, tetapi latihan untuk lebih memahami manusia, menghadapi ketidakpastian, dan tetap tegar meski dalam tekanan. Kepemimpinan, dalam pandangan Prof. Hannani, adalah sebuah perjalanan belajar tanpa akhir. Belajar dari kehidupan, dari pengalaman, dari orang-orang yang ditemui setiap hari.

Kiprah Prof. Hannani sebagai rektor  adalah pengingat bahwa pemimpin tidak harus selalu berada di atas, memberi perintah, atau menunjukkan otoritas. Terkadang, pemimpin sejati justru hadir dalam bentuk yang paling sederhana: mendengarkan, memanusiakan, dan menginspirasi. Ia menunjukkan bahwa kekuatan seorang pemimpin tidak terletak pada jabatan, melainkan pada ketulusan dan kerendahan hati.

Dari beliau kita belajar, bahwa untuk menjadi berguna, tidak perlu menunggu momen besar. Cukup dengan menjadi cahaya kecil di kehidupan orang lain, setiap hari. Dan dari beliau pula kita memahami, bahwa kepemimpinan bukan tentang siapa yang paling hebat, tapi siapa yang paling mampu memberi makna.

Parepare, 30 Ramadhan 1446 H.

Muhammad haramain

Banyak Latihan
Admin 29 Maret 2025
Share post ini
Arsip
Masuk untuk meninggalkan komentar