Skip ke Konten

Cermin Pasangan: Mengapa Istri Tidak Pernah Salah?

Dr. Muhammad Haramain, M. Sos.I. (Ketua LPPM IAIN Parepare)
2 Desember 2025 oleh
Cermin Pasangan: Mengapa Istri Tidak Pernah Salah?
Admin
| Belum ada komentar

Saya mengerti topik ini sensitif. Tulisan ini bisa jadi kontroversi. Ibu-ibu pasti suka. Bapak-bapak bisa jadi mendebat saya.


"Istri tak pernah salah." Kalimat ini sering jadi kelakar, kode suami takut istri. Tapi, mari kita dalami. Di mata para kekasih Allah, para wali, ini bukan lelucon rumah tangga. Ini adalah kode keras kedekatan Ilahi.

Pasangan bermasalah? Itu bukan masalah pasangan, pada hakikatnya.


Ulama Abjik As-Susi mencatat: Akhlak luhur para salaf, mereka tidak pernah menunjuk kesalahan pada istri. Mereka menariknya ke diri sendiri.


Imam As-Sya’rani memberi analogi paling tajam. Istri, anak, murid, bahkan peliharaan,, semua itu adalah bayang-bayangmu.

Jika sosok aslinya lurus, bayangan pun tegak. Jika sosokmu bengkok, bayangan ikut meliuk.


Bengkoknya perangai istri atau pembantu, sejatinya, adalah kebengkokan akhlak kita.

Realitas hidup, kata beliau, adalah cermin. Ia memperlakukanmu seperti cara kamu memperlakukan Tuhanmu.


Maka, menyalahkan bayangan (pasangan) saat sosokmu sendiri bengkok adalah usaha yang mustahil. Ini adalah tanda akal yang ringan.

Lelaki cerdas, saat melihat penyimpangan, ia tidak berteriak. Ia memeriksa jantungnya. Ia meluruskan amalnya dengan Allah. Otomatis, kerajaannya (istri, anak) akan lurus.


Imam Al-Fudail bin Iyad punya barometer unik:


"Aku maksiat, aku tahu dari tingkah laku keledaiku, pembantuku, dan istriku."


Ketika beliau menyesal dan beristighfar, akhlak buruk itu hilang. Tanda tobat diterima.

Namun, sering kali beliau menyesal, tapi keledai tetap keras kepala. Istri tetap menentang. Beliau sadar: Tobatku belum diangkat.


Perilaku orang terdekat kita adalah termometer spiritual yang paling jujur.


Imam Al-Ghazali melihat hidup berpasangan sebagai arena perang suci.

Sifat buruk di hati itu seperti nanah dalam bisul. Jika kau menyendiri, bisul itu tenang. Kau tak tahu ia ada.

Kau perlu ada yang menyenggolnya. Itulah pasanganmu.


Sabar menghadapi tingkah pasangan adalah latihan keras jiwa. Ia memecah amarah. Ia membersihkan batin.

Orang yang menempuh jalan akhirat harus menguji dirinya dengan "pemicu" ini. Harus membiasakan sabar.


Dengan begitu, jiwa akan terlatih. Akhlak akan seimbang. Batin bersih dari sifat tercela.

Pasangan kita adalah cermin yang tak bisa bohong. Ia menuntut kita berubah lebih dulu.


Kadang dua hati yang saling mencintai pun bisa retak sejenak. Kisah rumah tangga Ali dan Fatimah pernah menunjukkan hal itu. Fatimah memilih diam, Ali memilih pergi menenangkan diri. Ada sunyi yang pahit, tapi juga bijak. Rasulullah datang bukan untuk mencari siapa yang salah, tetapi untuk menenangkan. Sikap lembut itu seolah mengingatkan bahwa dalam rumah tangga, “benar” dan “salah” tidak selalu perlu dipertajam.


Inilah cermin diri. Bukan karena istri selalu benar, tetapi karena hubungan butuh cara pandang yang melunakkan hati. Kadang, seperti Ali, kita perlu mundur sejenak. Kadang, seperti Fatimah, kita perlu diam menjaga rumah. Dan seperti Rasulullah, kita belajar bahwa yang terpenting bukan mengadili, melainkan menemukan jalan pulang.


Pernikahan bukanlah tentang siapa yang paling benar dan menang. Tapi siapa yang bertahan!!



#Kredit: Ditulis ulang dari rilis Pesantren Lirboyo



Referensi:


1. Yusuf Abjik as-Susiy, As-Sobru ‘ala az-Zaujat, (Yordania: Dar al-Fath), hal. 25.

2. Abdul Wahhab al-Sya'rani, Al-Minan Al-Kubra (Beirut: Dar Al-Kutub Al-‘Ilmiyyah), hal. 395.

3. Abū Ḥāmid al-Ghazālī, Iḥyā’ ‘Ulūm al-Dīn (Beirut: Dār al-Ma‘rifah, n.d.), vol. 2, hal. 242.

di dalam Opini Dosen
Cermin Pasangan: Mengapa Istri Tidak Pernah Salah?
Admin 2 Desember 2025
Share post ini
Label
Arsip
Masuk untuk meninggalkan komentar