Parepare, 4 September 2025 – Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare kembali menjadi ruang perjumpaan intelektual dan spiritual umat. Hal ini tampak dalam pelaksanaan Istighosah Kebangsaan yang dirangkaikan dengan Peringatan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW, Kamis (4/9/2025), bertempat di Masjid Al-Wasilah IAIN Parepare.
Dengan mengangkat tema “Doa Bersama untuk Kedamaian, Keselamatan, dan Persatuan Bangsa”, kegiatan ini dimulai dengan shalat Magrib berjamaah, pembacaan Ratibul Athos, shalawat bersama, shalat Isya berjamaah, hingga tausiyah dan doa kebangsaan. Suasana penuh kekhidmatan itu meneguhkan pesan utama: spiritualitas Islam senantiasa berkelindan dengan komitmen menjaga persatuan bangsa.
Acara ini dihadiri oleh berbagai tamu undangan, antara lain civitas akademika IAIN Parepare yang terdiri dari Rektor dan jajaran, para Dekan, Direktur Pascasarjana, ketua prodi, dosen, mahasiswa, serta unsur Kementerian Agama Kota Parepare, Dharma Wanita, majelis taklim sekitar kampus, dan masyarakat sekitar.
Ketua Panitia Dr. Budiman, dalam sambutannya ia menyampaikan apresiasi dan rasa terima kasih yang mendalam kepada seluruh panitia dan pihak yang terlibat, baik secara moril maupun materil. Ia menegaskan bahwa berkat kebersamaan, dalam waktu singkat dua hari dapat berdiri tujuh bura’ yang meski tidak dihiasi dengan buah pisang sebagaimana tradisi lama, namun penuh dengan buah telur, bendera uang, dan hiasan lainnya, serta dilengkapi dengan berbagai bura’ lain yang berbungkus tempat dan beragam ornamen. Hal ini menjadi bukti nyata semangat gotong royong dan partisipasi seluruh elemen dalam menyukseskan acara besar tersebut.
Dalam sambutannya, Rektor IAIN Parepare, Prof. Dr. Hannani, M.Ag., menekankan pentingnya dua sifat utama dalam kehidupan berbangsa dan berorganisasi. “Milikilah ketulusan dan keikhlasan. Sekiranya dua sifat ini dapat diwarisi, maka keduanya akan memberi dampak positif bahkan mampu membawa transformasi dalam kepemimpinan. Dua sifat inilah yang dimiliki para pahlawan, sebagaimana dikutip dari pesan Thomas, yang menegaskan bahwa ketulusan dan keikhlasan adalah inti kepemimpinan yang berpengaruh,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Kemenag Kota Parepare, Dr. H. Fitriadi, S.Ag., M.Ag., menyampaikan bahwa Kementerian Agama dan IAIN Parepare memiliki hubungan yang erat. “IAIN Parepare adalah bagian dari Kementerian Agama RI. Oleh karena itu, hubungan Kemenag dan IAIN Parepare akan selalu erat dalam mendukung penguatan pendidikan, dakwah, dan kebangsaan di Kota Parepare,” ujarnya.
Dalam hikmahnya, Prof. Dr. H. Mahsyar, M.Ag. menjelaskan bahwa keputusannya menerima undangan membawa hikmah berangkat dari prinsip hidupnya: selama sebuah amanah bernilai kebermanfaatan, maka tidak akan pernah ditolak. Prinsip ini pula yang ia jalankan dalam berbagai peran strategis, baik sebagai Ketua ICMI Parepare, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Parepare, Ketua Pascasarjana IAIN Parepare, hingga kini dipercaya membawakan hikmah Maulid.
Lebih jauh, Prof. Mahsyar menarasikan makna istighosah. Ia mendefinisikannya sebagai sekumpulan jamaah yang duduk bersimpuh memohon ampunan dan maghfirah Allah SWT, serta petunjuk-Nya agar terhindar dari perpecahan dan cobaan hidup. Di sisi lain, ia menegaskan bahwa Maulid Nabi merupakan momen bersejarah sekaligus bernilai akademis. Menurutnya, Al-Qur’an memuat sekian banyak kisah yang berfungsi untuk memperkuat iman. “Demikian pula peringatan Maulid Nabi, ia menjadi ruang untuk meneguhkan keimanan kita melalui kisah-kisah dalam Al-Qur’an yang merefleksikan keteladanan Rasulullah SAW,” terangnya.
Menutup tausiyahnya, Prof. Mahsyar menyampaikan pesan moral yang tegas. Ia mengingatkan bahaya sifat dungu, malas dan banyak bicara yang kerap melahirkan keegoisan. “Sifat ini sangat berbahaya karena dapat mengancam persatuan dan kesatuan, terutama dalam konteks keindonesiaan,” pesannya.
Namun di balik peringatan itu, ia juga mengungkapkan kebahagiaannya menyaksikan harmoni dalam acara ini, di mana NU, Muhammadiyah, DDI, dan berbagai elemen umat hadir bersama. “Inilah bukti bahwa keberagaman tidak harus melahirkan perpecahan, tetapi justru bisa menjadi energi untuk memperkuat ukhuwah,” pungkasnya.
Acara ditutup dengan suasana penuh kekhidmatan, yaitu bershalawat berjamaah dengan mahallulqiyam: Ya Nabi Salam ‘Alaik, Thola‘al Badru ‘Alaina, Marhaban-Marhaban. Seluruh jamaah berdiri, larut dalam rasa cinta kepada Rasulullah SAW, menghadirkan harmoni yang menyatukan doa, sejarah, dan kebangsaan. (hemz)
Istighosah Kebangsaan dan Maulid Nabi di IAIN Parepare: Harmoni NU, Muhammadiyah, dan DDI dalam Bingkai Kebangsaan